-->

LETKOL AHMAD HUSEIN



LetKol. Ahmad Husein
Kolonel Ahmad Husein (lahir di Padang, Sumatera Barat, 1 April 1925 – meninggal di Padang, 28 November 1998 pada umur 73 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan pemimpin militer PRRI.

Sejak kecil, Ahmad Husein dianggap anak yang tidak macam-macam. Pendiam dan sangat hati-hati. Ahmad Husein lahir dalam suasana perjuangan. Kedua orang tua saya berasal dari Sumatera Barat. Ayahnya bernama Abdul Kahar, memiliki rumah obat (apotik), di samping bekerja di sebuah rumah sakit tentara di kota Padang. Sedikit dari keahlian sang ayah mengalir kepada Ahmad Husein. Saat keluar dari rumah tahanan militer, hal yang pertama kali dilakukan oleh Ahmad Husein adalah membuat limun. Resep itu diperoleh dari sang ayah.

Ibu Ahmad Husein bernama Sa’adijah. Orangnya sangat sederhana. Berdasarkan keterangan dari Ahmad Husein sang ibu digambarkan sebagai sosok yang penyanyang. Kasih sayang yang diberikan kepada Ahmad Husein bersaudara sangat membekas sampai sekarang. Sejak kecil ibu Ahmad Husein selalu mengajarkan bertingkah laku mengikuti adat istiadat masyarakat Minangkabau. Adat Bersendi Syarak dan Syarak Bersendi Kitabullah. Agama merupakan dasar utama pendidikan.

Pada tanggal 15 Februari 1958 di Padang dia membentuk Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dibawah pimpinan Syafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri dengan tujuan mengoreksi pemerintahan otoriter Soekarno yang dianggap inkonstitusional dan mengabaikan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Tindakan koreksinya itu ternyata mendapat sambutan berupa aksi militer dari pemerintah pusat di Jakarta sehingga menimbulkan perang saudara di Sumatera Barat.


Kolonel Ahmad Husein, duduk paling kanan,
dalam pertemuan rapat yang membahas Perang PRRI
Letkol Ahmad Husein adalah Pemimpin Dewan Banteng yang didirikan di Sumatra Barat. Dewan Banteng yang dibentuk di Padang pada tanggal 20 Desember 1956 adalah cikal bakal dari PRRI, walaupun pada awalnya bertujuan membangun daerah yang dirasa tertinggal dibanding pembangunan di pulau Jawa. Dewan Banteng diprakarsai oleh Kolonel Ismail Lengah, Letnan Kolonel Ahmad Husein ditunjuk sebagai ketua. Pada tanggal 15 Februari 1958 Letnan Kolonel Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Letnan Kolonel Achmad Hussein menujuk Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai perdana menterinya.

Letkol Ahmad Husein mengambil alih jabatan Gubernur Sumatera Tengah dari tangan Gubernur Ruslan Mulyoharjo. Tindakan Ahmad Husein itu membuat Pemerintah Pusat memenuhi tuntutan Dewan Banteng dengan membentuk Komando Militer di Sumatera Tengah yaitu Komando Militer Daerah Sumatera Tengah (KMDST) yang terlepas dari Komando Tentara Teritorium (TT) I Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan, sedangkan Ahmad Husein diangkat menjadi Panglima KMDST dengan pangkat Kolonel. Dalam hal ini beberapa tuntutan Dewan Banteng dipenuhi oleh pemerintah pusat.


Letnan Kolonel Ahmad Husein dalam protes yang dilakukan
 oleh mahasiswa untuk menentang kebijakan pemerintah pusat.
Kesaksian wartawan Keyes Beech dalam bukunya “Not without the americans “ menggambarkan pengiriman senjata ke Padang tahun 1957 dan sekaligus memberikan gambaran satu sisi perspektif posisi Ahmad Husain dalam pergerakan PRRI dengan beberapa spekulasi dan persepsi sejarah yang melatarbelakanginya.

Berdasarkan perspektif Keyes Beech Letkol Ahmad Husein mempunyai peran dalam penyeludupan senjata yang dikirimkan oleh Amerika Serikat sebagai bantuan terhadap perjuangan PRRI. Berikut ini adalah skenario yang dibangun oleh Keyes Beech, Sebuah kapal barang Amerika diatur untuk mengangkut alat alat berat dan bahan pembangunan yang akan di turunkan di Padang. Kapal itu juga membawa sejumlah persenjataan yang dalam manifest ditujukan untuk kebutuhan militer Thailand. Ketika kapal merapat di pelabuhan, Kolonel Ahmad Husein – komandan militer Sumatera tengah – dilapori atas penemuan senjata senjata di kapal ini. Ia lalu memerintahkan agar senjata senjata tadi dibongkar dan ‘ diamankan ‘. Seminggu kemudian si penulis bertemu agen CIA di Bangkok. Sang Agen mengamini, bahwa cara cara seperti yang dilakukan untuk memasok senjata untuk pemberontak PRRI di Sumatera.

Perang PRRI , sebuah pemberontakan atau sebuah perjuangan dari ketidakadilan penguasa ?

Pada 28 November 1998, Letnan Kolonel Ahmad Husein kembali ke hadirat Illahi Rabbi, dan dimakamkan di Makam Pahlawan Kuranji, Padang, Sumatera Barat. Namanya memang sudah tidak terdengar lagi tahun-tahun belakangan ini. Ahmad Husein dianggap identik sebagai “pemberontak Namun di satu sisi dia berjuang atas ketidak adilan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Sejarah memang berjalan dalam dua sisi, karena ketika sejarah berjalan dalam satu sisi, maka dapat dipastikan sejarah berada dibawah seorang tirani. (Sumber)